OBATDIGITAL – Penyakit alzheimer sering diabaikan. Banyak orang menganggap enteng karena sudah dianggap wajar diderita para lansia. Padahal penyakit ini dari tahun ke tahun memakan korban. Peneliti memperkirakan bahwa sekitar 32 juta orang di seluruh dunia hidup dengan jenis demensia yang disebut penyakit Alzheimer, dengan jumlah kasus demensia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050.
Seperti semua penyakit, semakin cepat penyakit Alzheimer didiagnosis, semakin baik hasilnya. Hal ini sebagian karena obat-obatan yang tersedia untuk kondisi tersebut bertujuan untuk mengobati gejala dan berpotensi memperlambat perkembangan penyakit.
Sayangnya belum banyak kemajuan dalam diagnosis Alzheimer. Pada saat ini dilakukan melalui evaluasi yang mencakup riwayat medis seseorang, penilaian kognitif, pencitraan otak PET atau MRI, dan tes laboratorium untuk memeriksa keberadaan protein amiloid-beta dan tau dalam sampel cairan serebrospinal (CSF).
Meskipun semua alat ini tersedia, masih sulit untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer, terutama pada tahap paling awal.
Maka dalam upaya membantu meningkatkan diagnosis dini penyakit Alzheimer, FDA AS baru-baru ini menyetujui Lumipulse G pTau217/ß-Amyloid 1-42 Plasma Ratio yang dibuat oleh Fujirebio Diagnostics, Inc., sebagai tes darah pertama yang membantu mendiagnosis kondisi tersebut.
Menurut siaran pers FDA (semacam Badan POM di Amerika Serikat), tes darah Lumipulse bekerja dengan mengukur jumlah pTau 217 dan beta-amiloid 1-42 dalam plasma darah. Rasio konsentrasi kedua protein tersebut digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya plak amiloid di otak, yang dianggap sebagai ciri khas penyakit Alzheimer.
“Bayangkan otak Anda seperti perpustakaan yang terorganisasi, dengan informasi yang tersimpan rapi di rak-rak (neuron),” Manisha Parulekar, MD, FACP, AGSF, CMD, direktur Divisi Geriatri di Hackensack University Medical Center dan wakil direktur Center for Memory Loss and Brain Health di Hackensack University Medical Center di New Jersey dalam penjelasannya kepada Medical News Today.
Menurutnya, pada penyakit Alzheimer, dua protein yang mengganggu, beta-amiloid dan tau, mengganggu organisasi ini, sehingga sulit untuk mengakses informasi.
“Bayangkan beta-amiloid sebagai catatan tempel yang menggumpal di antara rak buku (di luar neuron),” lanjut Parulekar.
Gumpalan ini, yang disebut plak, mengganggu komunikasi antara neuron, seperti menghalangi jalur di perpustakaan. Tau biasanya seperti pustakawan, membantu menjaga rak buku (struktur neuron internal) tetap stabil dan teratur.
Pada Alzheimer, tau menjadi terpelintir dan kusut. Kekusutan ini mengganggu pengangkutan nutrisi dan bahan penting lainnya di dalam neuron, yang akhirnya menyebabkan kematian neuron.
sumber: medicalnewstoday.com







Berita Terkait
InterSystems Kembangkan Rekam Medis Elektronik Berbasis AI
Di Hari Kesadaran Kanker Hari, AstraZeneca-Siloam Hospital Ingatkan Bahaya Penyakit Ini
YKI Luncurkan Kartu Tanda Anggota Khusus Penyintas Kanker