
OBATDIGITAL – Ini peringatan buat wanita menopause. Jangan sembarangan mengonsumsi terapi sulih hormon (TSH). Sebab tidak semua TSH yang tersedia belum tentu cocok dan menurunkan gejala menopause. Bahkan sebagian kasus justru meningkatkan risiko penyakit serius.
TSH tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk tablet, gel, cincin, suntikan, dan plester kulit.
Layaknya obat umumnya, ada beberapa efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi saat mengonsumsi TSH.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa TSH dapat meningkatkan risiko kanker tertentu seperti kanker payudara dan kanker endometrium, serta kejadian kardiovaskular seperti pembekuan darah, stroke dan serangan jantung.
Penelitian yang baru-baru ini dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes (EASD) 2025 dan dikutip Medical News Today, melaporkan bahwa perempuan dengan diabetes tipe 2 yang menggunakan TSH jenis plester kulit tidak berisiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah atau stroke.
Namun, penelitian tersebut menemukan bahwa perempuan dengan diabetes tipe 2 yang mengonsumsi HRT oral dapat meningkatkan risiko emboli paru — ketika gumpalan darah terbentuk di arteri paru-paru — dan penyakit jantung secara keseluruhan. Penelitian ini belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.
Untuk studi ini, para peneliti menganalisis data medis dari basis data global TriNetX yang mencakup lebih dari 36.000 perempuan dengan usia rata-rata 59 tahun dari seluruh Amerika Serikat dan Eropa.
Peserta dipilih berdasarkan apakah mereka telah memulai terapi penggantian hormon (HRT) dan statin — obat yang digunakan untuk membantu menurunkan kadar kolesterol — atau hanya menerima resep statin.
Peserta studi dipantau selama rata-rata 5 tahun untuk melihat apakah mereka mengalami emboli paru, trombosis vena dalam (DVT), penyakit jantung iskemik (Sumber Tepercaya), stroke iskemik, atau kanker ovarium, payudara, atau endometrium.
Pada kesimpulan studi, para peneliti menemukan bahwa peserta studi dengan diabetes tipe 2 yang menjalani TSH transdermal melalui plester kulit memiliki risiko 25% lebih rendah terkena penyakit jantung, dan tidak ada perbedaan risiko emboli paru, deep vein thrombosis (DVT), stroke, atau kanker, jika dibandingkan dengan perempuan dengan diabetes tipe 2 yang tidak menjalani TSH.
Namun, ketika mengamati peserta dengan diabetes tipe 2 yang menjalani terapi penggantian hormon oral, mereka memiliki risiko dua kali lipat terkena emboli paru, dan risiko penyakit jantung 21% lebih tinggi, dibandingkan dengan peserta yang menjalani terapi penggantian hormon transdermal.
“Studi kami menunjukkan bahwa dosis terapi penggantian hormon transdermal yang disetujui regulator hingga 5 tahun tampaknya aman pada kohort besar perempuan paruh baya dengan diabetes tipe 2, dan bahwa penggunaan plester kulit terapi penggantian hormon tidak terkait dengan peningkatan risiko komplikasi kardiovaskular atau kanker sensitif estrogen yang berlebihan dibandingkan dengan perempuan dengan diabetes tipe 2 yang tidak menjalani terapi penggantian hormon,” ujar Matthew Anson, PhD, peneliti klinis di University of Liverpool, Inggris.
Di Indonesia, sekitar 15,2% dari 118 juta wanita mengalami menopause, dengan perkiraan jumlah wanita menopause akan mencapai 60 juta jiwa pada tahun 2025.
Menopause terjadi secara alami pada wanita berusia 45-55 tahun, tetapi dapat bervariasi karena faktor genetik dan gaya hidup.
Masa ini ditandai dengan berhentinya menstruasi dan penurunan hormon, yang dapat menyebabkan gejala fisik dan psikologis seperti hot flashes, insomnia, dan perubahan emosi, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup.
Aries Kelana
Sumber: medicalnewstoday.com
Berita Terkait
Tempo Scan Pacific Luncurkan Pasukan Bodrex Merah Putih
Riset Terbaru Tunjukkan Brokoli Turunkan Risiko Kanker Usus
Perlu Dukungan Psikologis Dalam Mengobati Kanker