11 Desember 2024

Wah, Kini Ada Alat Skrining Baru Kanker Paru

OBATDIGITAL – Kanker Paru merupakan salah satu jenis kanker mematikan. Sebagian pasien tak bisa diselamatkan nyawanya lantaran ketika dideteksi sudah stadium lanjut. Batuk, yang merupakan salah satu gejala dianggap sebagai batuk yang akan hilang jika diobati.

Karena itu perlu alat skrining yang lebih maju agar pasien bisa mengenali gejala kanker paru lebih awal.

Dalam kaitan itu dan dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia 2023, Yayasan Kanker Indonesia, bekerja sama dengan AstraZeneca, Indonesian Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO), dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), meluncurkan ‘Konsensus Skrining Kanker Paru Indonesia.’

Inisiatif terobosan ini sejalan dengan strategi transformasi pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan, yang berfokus pada promotif dan preventif.

Dalam skrining itu diperkenalkan skrining baru, yaitu tomografi komputer berdosis rendah (LDCT),3 yang menggunakan komputer dengan sinar-X berdosis rendah untuk menghasilkan serangkaian gambar dan dapat membantu mendeteksi kelainan paru-paru, termasuk tumor.

Uji klinis di Amerika Serikat yang melibatkan lebih dari 50.000 peserta telah menunjukkan penurunan relatif 20 persen dalam kematian akibat kanker paru dengan skrining LDCT (247 kematian per 100.000 orang-tahun) dibandingkan dengan sinar-X dada (309 kematian per 100.000 orang-tahun), karena deteksi kanker yang lebih awal.

Prof. Dr. dr. Elisna Syahruddin, Sp.P(K), Ph.D., Executive Director di Indonesian Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO), mengatakan dengan terobosan teknologi baru, skrining kanker paru juga dapat dibantu dengan kecerdasan buatan, yang melibatkan penggunaan algoritma komputer dan teknik pembelajaran mesin untuk menganalisis data gambar medis, seperti CT scan atau sinar-X dada, atau gambar relevan lainnya.

Algoritma kecerdasan buatan ini dapat membantu dalam mendeteksi nodul paru-paru, lesi, atau pola yang mencurigakan yang dapat mengindikasikan keberadaan kanker paru pada populasi berisiko tinggi.

Menurut Elisna, saat ini algoritma kecerdasan buatan dapat dilatih untuk mendeteksi dan menyoroti nodul atau lesi paru-paru dalam gambar medis.

“Mereka dapat membantu radiologis dalam mengidentifikasi pertumbuhan yang berpotensi kanker pada tahap awal,” ujar Elisna.

Kunci untuk mengurangi kematian akibat kanker paru di Indonesia adalah deteksi dini, yang memungkinkan para penyedia layanan kesehatan untuk menawarkan perawatan yang paling sesuai untuk pasien.

“Dengan deteksi lebih awal, ada juga peluang penyembuhan yang lebih besar,” kata Elisna.

Di Indonesia, sangat penting bahwa skrining LDCT digunakan sebagai alat skrining utama dan digunakan sebagai alat skrining utama dan sinar-X dada dapat didukung oleh kecerdasan buatan untuk perokok aktif dan perokok pasif berusia 45–75 tahun, dengan riwayat keluarga menderita kanker paru-paru, jika kita ingin segera menyelamatkan lebih banyak nyawa dari kanker paru.

Se Whan Chon, Presiden Direktur AstraZeneca, mengatakan dalam sambutan pembukaannya merasa terhormat mendapat kesempatan untuk mendukung acara hari ini yang bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dan Asosiasi Pengkajian Onkologi Thoraks Indonesia (IASTO). ) untuk memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan AstraZeneca dalam membantu Indonesia mengatasi salah satu penyakit paling agresif, kanker paru-paru.

Menurut Se Whan, berdasarkan prevalensi global dari American Lung Cancer Association, terdapat sekitar 500 ribu orang yang hidup dengan kanker paru-paru di Indonesia dan jumlah tersebut bisa lebih tinggi lagi karena Indonesia memiliki jumlah perokok dan perokok pasif yang lebih tinggi.

“Namun, hanya 4% dari mereka yang hidup dengan kanker paru-paru didiagnosis menderita kanker paru-paru setiap tahunnya, dimana 90% didiagnosis pada stadium lanjut,” ucap See Whan.

Ia menekankan sangat penting untuk meningkatkan tingkat diagnosis yang rendah dan memperkuat sistem perawatan kesehatan untuk mendukung diagnosis dini dan skrining kanker paru-paru,.

“Ketika kanker paru-paru terdeteksi pada stadium 1 dan 2, tingkat kelangsungan hidup meningkat secara signifikan, dan biaya terapi berkurang secara signifikan bagi pasien dan pemerintah,”tambah Se Whan.

Di Indonesia, selama bertahun-tahun kanker paru tetap menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor satu dan jumlah kasusnya terus meningkat setiap tahun.

Data Globocan 2020 mengungkapkan kenyataan yang mengkhawatirkan untuk Indonesia, dengan 34.783 kasus baru yang terdiagnosis setiap tahun, dan mengakibatkan 30.843 kematian tragis.

Salah satu tantangan utama untuk kanker paru adalah lebih dari 90% pasien kanker paru terdiagnosis pada tahap lanjut.

Hal ini mengakibatkan biaya pengobatan yang lebih tinggi, tetapi yang lebih penting adalah salah satu faktor penyebab utama tingginya angka kematian pasien.

Aries Kelana

Sumber Astrazeneca.