OBATDIGITAL – Jutaan orang di seluruh dunia telah menerima dua suntikan Sinovac, vaksin tidak aktif buatan China yang digunakan di 48 negara, termasuk Indonesia, untuk membantu mengurangi tingkat penularan COVID-19.
Analisis serum darah dari 101 orang dari Republik Dominika menunjukkan bahwa infeksi Omicron tidak menghasilkan antibodi penetral di antara mereka yang menerima rejimen dua suntikan standar vaksin Sinovac.
Tingkat antibodi terhadap Omicron meningkat di antara mereka yang juga menerima suntikan vaksin mRNA yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech.
Tetapi ketika peneliti membandingkan sampel ini dengan sampel serum darah yang disimpan di Yale, mereka menemukan bahwa bahkan mereka yang menerima dua suntikan Sinovac dan booster memiliki tingkat antibodi yang hampir sama dengan mereka yang menerima dua suntikan vaksin mRNA. tidak ada tembakan penguat.
Dalam penelitian lain, rejimen mRNA dua suntikan tanpa booster telah terbukti hanya menawarkan perlindungan terbatas terhadap Omicron.
Juga, para peneliti menemukan bahwa individu yang telah terinfeksi oleh jenis virus SARS-Cov-2 sebelumnya melihat sedikit perlindungan kekebalan terhadap Omicron.
Temuan ini kemungkinan akan memperumit upaya global untuk memerangi strain Omicron, yang telah menggantikan strain Delta yang lebih berbahaya tetapi kurang menular sebagai virus yang paling dominan beredar di sebagian besar dunia.
Menurut Akiko Iwasaki, Profesor Imunobiologi Waldemar Von Zedtwitz dan penulis senior makalah ini, vaksin booster tambahan — dan mungkin dua — jelas diperlukan di wilayah dunia di mana suntikan Sinovac telah menjadi sumber utama vaksinasi,
“Suntikan booster jelas diperlukan dalam populasi ini karena kita tahu bahwa bahkan dua dosis vaksin mRNA tidak memberikan perlindungan yang cukup terhadap infeksi Omicron,” kata Iwasaki dalam Medical Xpress (21/1/2022).
Omicron telah terbukti sangat bermasalah untuk dilawan karena memiliki 36 mutasi pada protein lonjakan di permukaannya, yang digunakan virus untuk memasuki sel, kata para peneliti. Vaksin mRNA yang ada dirancang untuk memicu respons antibodi ketika protein lonjakan dikenali.
Namun, Iwasaki menekankan bahwa sistem kekebalan manusia masih memiliki senjata lain yang dapat digunakan untuk melawan COVID-19, seperti sel T yang dapat menyerang dan membunuh sel yang terinfeksi serta mencegah penyakit parah.
“Tapi kita membutuhkan antibodi untuk mencegah infeksi dan memperlambat penularan virus,” katanya.
Berita Lain
Pentingnya Imunisasi Lengkap Bagi Anak
Catat, Pneumonia Bisa Menyerang Remaja Juga
Waspada, Vaksin COVID-19 Bisa Timbulkan Efek Samping Menstruasi Abnormal