Golongan ini bekerja dengan cara meningkatkan konstraksi otot jantung, dan biasanya digunakan untuk penyakit gagal jantung. Sebab salah satu penyebab gagal jantung adalah otot terlalu lemah untuk memompa jantung agar bisa mengaliri darah ke seluruh tubuh termasuk paru-paru.
Ada dua jenis obat yang termasuk dalam golongan ini. Yaitu: glikosida jantung dan penghambat fosfodiesterase. Obat yang disebut pertama kali disebut sebenarnya berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang kemudian setelah diteliti mengandung bahan kimia digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif bagi gagal jantung.
Digoksin adalah glikosida jantung yang palin banyak digunakan. Misalnya pada penderita gagal jantung ringan, dosis muatan tidak diperlukan dengan meminus obat jenus uu 125-250 mcg dua kali sehari bisa meningkatkan kadar plasma selama seminggu.
Digoksin di dalam tubuh akan teserbar di dlam tubuh dan terakumulasi dalam otot seklet, hati dan miokardium. Obat ini akan dikeluarkan lewat ginjal selama periode 40 jam.
Yang termasuk dalam glikosida jantung antara lain: digoksin. Obat ini untuk penderita gagal jantung atau aritmia supraventrikular. Selain itu ada juga digitoksin. Khasiat digitoksin sama dengan digoksin. Bedanya, digitoksin lebih mudah larut dalam lemak.
Kedua jenis obat ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya, anoreksia, mual, muntah, diaer, nyeri perut, sakit kepala, gangguan penglihatan, dan mudah capai.
Kedua, obat penghambat enzim fosfodiesterase. obat ini bekerja secara selektif menghambat enzim tersebut di jantung. Dengan cara ini, kadar skilik AMP dan kalsium di dalam sel jantung meningkat. Sehingga bisa membantu meningkatkan kemampuan otot jantung memompa darah.
Yang termasuk dalam jenis ini adalah Milrinon dan Amirion. Milrinon diuntukkan untuk gagal jantung akut atauuntuk terapi jangka pendek gagal jantung berat yang tidak responsif terhadap pengobatan konvensional. Milrinon mempunyai efek samping nyeri dada, hipotensi, mual, muntah, diare, aritmia supraventrikular, nyeri tungkai dan lengan, serta diare.
Sedangkan, amirion memiliki efektivitas lebih rendah tetapi efek sampingnya justru lebih banyak. Selain yang terdapat pada milrinon, amirion juga dapat menyebabkan efek trombositopenia.
Untuk itu, sebelum mengonsumsi obat ini disetujui oleh dokter atau membeli resep dari dokter.
Sumber: Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000