21 September 2024

Negara-Negara ASEAN Sepakat Perangi TBC Dengan AIDP

Kasus penyakit tuberkulosis juga belum reda, meskipun berbagai upaya terus digalakkan. Kerjasama antar negara pun dilakukan, seperti di negara anggota ASEAN (Association of South East Asian Countries). Mereka meluncurkan Airborne Infection Defense Platform (AIDP).
Pemeriksaan paru pada pasien TB
Pemeriksaan paru pada pasien TB

OBATDIGITAL – Kasus penyakit tuberkulosis juga belum reda, meskipun berbagai upaya terus digalakkan. Kerjasama antar negara pun dilakukan, seperti di negara anggota ASEAN (Association of South East Asian Countries). Mereka meluncurkan Airborne Infection Defense Platform (AIDP). Platform ini ditujukan untuk memperkuat penanganan tuberkulosis (TBC) di ASEAN, meningkatkan sistem kesehatan dan kesiapan melawan pandemi, guna mengatasi masalah infeksi pernafasan yang ditularkan melalui udara.

Inisiatif ini diresmikan pada side event ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-16. Dalam acara yang berlangsung di Vientiane, Laos, baru-baru ini, Menteri Kesehatan Laos, H.E. Dr. Bounfeng Phoummalaysith memberikan sambutan. Turut hadir dalam acara tersebut di antaranya perwakilan dari Kementerian Kesehatan(Kemkes) Indonesia, Bayu Teja Muliawan, Teodoro Javier Herbosa selaku ketua dewan Stop TB Partnership dan delegasi dari Negara ASEAN lainnya.

AIDP didukung oleh United States Agency for International Development (USAID) dan diimplementasikan oleh Stop TB Partnership Geneva dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada upaya eliminasi TBC. Platform ini juga telah disetujui oleh negara anggota ASEAN.

Untuk memperkuat kolaborasi dalam melawan penyakit menular melalui udara, AIDP akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN dan organisasi-organisasi global untuk menyusun kebijakan dan metodologi, serta bertukar pengetahuan, fasilitas, teknologi, dan sumber daya manusia guna meningkatkan kapasitas melawan TBC dan memperkuat kesiapsiagaan terhadap pandemi.

AIDP akan berfokus pada penguatan respon TBC di setiap negara ASEAN, termasuk di tingkat komunitas dan pelayanan primer. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan infrastruktur layanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan deteksi, pengobatan, dan pencegahan.

Selain itu upaya tersebut juga mencakup pemanfaatan platform teknologi yang semakin berkembang sejak pandemi Covid-19, termasuk X-ray digital portabel yang memungkinkan pelaksanaan tes TBC di daerah tanpa berpergian ke rumah sakit atau klinik, teknologi diagnostik molekuler cepat, dan alat pengawasan berbasis real-time.

Dr. Suvanand Sahu, Deputi Eksekutif Direktur Stop TB Partnership mengatakan ada beberapa fase yang perlu dilewati agar proyek ini berjalan lancara=. Fase pertama akan dimulai dengan pengumpulan data oleh AIDP di 10 negara ASEAN. “Ini akan memberikan gambaran pada kapasitas yang dimiliki oleh setiap negara dalam menanggulangi TBC dan pandemi serta membantu dalam merekomendasikan tindakan untuk mencapai kesiapsiagaan melawan pandemi yang lebih baik,” ucap Sahu.

Selanjutnya, fase kedua akan berupa dukungan kepada komunitas dan pelayanan kesehatan primer serta inisiatif-inisiatif untuk memperkuat kapasitas penanggulangan TBC  di seluruh ASEAN agar dapat menangani airborne respiratory infections atau pandemi.

AIDP diluncurkan lantaran diperkirakan lebih dari 2.4 juta orang di seluruh ASEAN diestimasikan terkena TBC, berdasarkan Global TB Report 2024. Lima negara ASEAN (Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam) masuk ke dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia versi World Health Organization (WHO). 

Untuk konteks Indonesia, negara ini memiliki beban TBC tertinggi kedua di dunia. Menurut Laporan Global Tuberkulosis WHO (2023), Indonesia menyumbang 10% dari kasus TBC global pada tahun 2022 dan termasuk salah satu dari lima negara ASEAN dengan beban TBC tertinggi. Pada tahun 2022, diestimasikan lebih dari 1 juta orang di Indonesia terkena TBC dengan angka kasus sebesar 385 per 100.000 penduduk, dan ada 134.000 kematian, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi kedua di dunia setelah India akibat TBC.

Pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi dengan mengakibatkan penurunan pendanaan TBC di Indonesia sekitar 8,7% antara tahun 2019 dan 2020. Dampak lainnya dari hal ini ialah dapat memperluas kesenjangan pembiayaan TBC, sehingga perlu meningkatkan upaya dalam menanggulangi TBC di tengah tantangan yang ada.

Perwakilan Indonesia ikut menyumbang pendapat di acara tersebut. Bayu Teja Muliawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kemkes menceritakan bahwa pada tahun pandemi COVID-19, Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan dalam penanggulangan TBC, di mana pelaporan kasus TBC menurun.

“Namun, pada tahun kedua pandemi, bahkan tingkat pelaporan kami tahun 2022 berhasil mencapai 70% dan 80% pada tahun 2023, capaian ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah Indonesia,”katanya dalam siaran pers yang diterima.

Keberhasilan Indonesia untuk bangkit setelah pandemi adalah berkat monitoring yang intens setiap minggu dari Menteri Kesehatan. Kunci lain dari penanggulangan TBC adalah kemampuan dalam bekerja sama dengan para pemangku kepentingan multisektor dan donor, termasuk kementerian, entitas sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil. Kami juga mencari kolaborasi di seluruh ASEAN, untuk terus bekerja bersama dan memastikan bahwa kami dapat lebih kuat sebagai satu komunitas Asia.

Sementara itu, ahli penyakit paru-paru dan Senior Advisor Stop TB Partnership Indonesia & Project Lead Airborne Infection Defense Platform (AIDP), Prof dr Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa tingginya angka kematian akibat pandemi Covid-19 menunjukan bahwa dunia belum siap untuk memerangi penyakit yang menular melalui udara 

Selain menelan banyak nyawa, Covid-19 juga berdampak serius pada program pencegahan, akses, dan pengobatan TBC. Situasi TBC di ASEAN sangat memprihatinkan, dengan banyak negara di kawasan ini masih menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan dan menangani TBC.

“Hal ini menunjukan pentingnya kerja sama dengan  ASEAN guna memperkuat sistem penanggulangan TBC, tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas melawan TBC, tapi juga untuk memperkuat kesiapsiagaan terhadap pandemi.” ujar Prof Tjandra.

Aries Kelana

RSS
Follow by Email
X (Twitter)
Visit Us
Follow Me
Instagram