OBATDIGITAL – Di tahun 2022, industri farmasi terus berkembang. Akan ada lebih dari 30 obat yang mengantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan lima vaksin COVID-19 yang akan mempengaruhi pengembangan kontrak dan organisasi manufaktur (CDMO).
Dilansir dari situs Contract Pharma (14/1/2022), data dari laporan CPhI (marketplace farmasi global) menunjukkan tingginya permintaan manufaktur untuk membatasi produksi bahan baku obat, melakukan kemitraan, hingga kapasitas CDMO.
Hal ini berimbas pada tekanan produksi obat yang tinggi dan keuntungan lebih meningkat bagi perusahaan pemasok, khususnya bagi perusahaan yang memproduksi terapi dengan mRNA (messenger ribonucleic acid).
Laporan CPhI menunjukkan kapasitas CDMO akan terus mengalami pembatasan sepanjang 2022, dan diprediksi menyebabkan kelangkaan bahan baku farmasi.
Diprediksi juga harga akan melambung, ketersediaan obat yang terbatas dan distribusi yang tertunda.
Perwakilan dari BioProcess Insider, Dan Stanton mengatakan, adanya kompetisi untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin COVID-19 memberikan pengaruh yang signifikan untuk CDMO.
“Pandemi telah memberikan tekanan besar pada kapasitas manufaktur global dan memperluas kapasitas untuk peralatan dan bahan habis pakai,” ujar Stanton.
Ketua Pharmaceutical Supply Chain Initiative (PSCI), Manjit Singh mengatakan, tahun 2022 ini akan ada percepatan produksi dan strategi farmasi yang berkelanjutan.
Konsultan Senior IQVIA, perusahaan riset farmasi asal Amerika Serikat, Yasemin Bettina Karanis mengatakan, produsen farmasi akan mengalami tantangan untuk membuat perangkat baru yang dapat menyesuaikan dengan tuntutan kemajuan teknologi.
Sebanyak 65% perusahaan farmasi meyakini teknologi mRNA akan menjadi peluang investasi terbesar tahun ini, disusul terapi sel dan genetik sebanyak 45%, dan perkembangan biologi 43%.
Stanton menambahkan, diperlukan pendekatan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah rantai pasokan obat karena diperkirakan krisis global akan berlanjut di tahun berikutnya.
“Lebih dari 30 vaksin dan terapi telah disetujui (atau diberikan Otorisasi Penggunaan Darurat) untuk COVID-19, dan dengan sebagian besar dunia masih membutuhkan dosis vaksin pertama dan kedua, belum lagi peluncuran booster, tekanan pada rantai pasok tidak akan berkurang,” imbuhnya.
Di tahun 2022 ini juga akan berpengaruh terhadap kebijakan peraturan farmasi yang cukup signifikan, contohnya ketika Uni Eropa mulai merevisi kebijakan farmasi yang terjadi sekali setiap 20 tahun.
Laporan CPhI tidak hanya membahas tren industri farmasi dan tantangan yang ada, tetapi juga solusi untuk mengatasinya.
Berita Lain
Ini Dia Lima Pemain Utama Farmasi Global, Siapa Saja
Wow, Pfizer Tunjuk Lady Gaga Jadi Duta Migrain
Haleon-Halodoc Bikin Klinik Panadol Cekatan Di Pedesaan