OBATDIGITALK – Di masa pandemi COVID-19, banyak orang mengonsumsi vitamin D baik untuk pencegahan maupun untuk mengobati penyakit COVID-19 yang diderita. Vitamin yang lebih dikenal untuk memperkuat tulang tiba-tiba menjadi populer saat itu, namun belum banyak orang yang tahu mengenai peranan vitamin tersebut.
Namun teka-teki itu terjawab setelah sebuah studi baru dari University of Eastern Finland, Finlandia, menunjukkan bahwa vitaminb D berperan dalam memerangi infeksi. Vitamin D terbukti memodulasi respons transkriptomik seluler terhadap tantangan kekebalan di semua percobaan, tetapi lebih efektif bila diberikan sebelum paparan patogen.
“Ini menunjukkan bahwa dalam memerangi infeksi, jelas lebih baik mengonsumsi suplemen vitamin D sebagai pencegahan, daripada mulai meminumnya ketika sudah terinfeksi,” kata direktur penelitian, Profesor Carsten Carlberg, dalam Medical Xpress (12/1/2022).
Vitamin D memiliki peran penting dalam mendukung sistem kekebalan tubuh, dan kekurangannya telah dikaitkan dengan peningkatan komplikasi penyakit menular. Kelompok penelitian Carlberg tertarik untuk mengetahui apakah penting untuk memiliki status vitamin D yang cukup sebelum, selama atau setelah mengalami infeksi. Penulis pertama, Henna-Riikka Malmberg, adalah seorang mahasiswa Master dari kelompok Carlberg yang menyelesaikan studinya dengan penelitian ini.
Untuk tujuan ini, sel mononuklear darah tepi manusia dirangsang dengan salah satu dari dua molekul yang biasa digunakan untuk mempelajari respon imun: lipopolisakarida yang ditemukan pada membran luar bakteri Gram-negatif, atau beta-glukan yang ditemukan di dinding sel jamur Candida. albicans.
Selain itu, mereka diperlakukan dengan bentuk vitamin D3 yang aktif secara biologis, 1,25(OH)2D3. Dalam model studi pertama, sel-sel pertama kali terpapar tantangan kekebalan selama 24 jam dan kemudian vitamin D selama 24 jam, meniru situasi di mana seseorang terinfeksi pada status vitamin D rendah dan vitamin D digunakan untuk pengobatan.
Pada model kedua, urutannya dibalik, dan sel-sel pertama kali terpapar vitamin D dan kemudian tantangan kekebalan, meniru infeksi yang terjadi pada status vitamin D tinggi. Pada model ketiga, tantangan kekebalan dan vitamin D diterapkan secara bersamaan selama 24 jam. Analisis jalur biologis dari hasil seluruh transkriptom menunjukkan konsekuensi fungsional dari perubahan ekspresi gen yang diamati.
Setelah paparan lipopolisakarida bakteri atau beta-glukan jamur, perubahan signifikan diamati dalam ekspresi 1.580 dan 966 gen, masing-masing. Namun, dengan adanya vitamin D, jumlah gen yang merespons tantangan kekebalan hingga dua pertiga lebih kecil.
Sebanyak 1.006 gen menanggapi vitamin D. Gen menanggapi tantangan kekebalan yang berbeda dan vitamin D bervariasi tergantung pada model penelitian, menunjukkan bahwa urutan pengobatan memiliki dampak besar pada respon sel.
Berita Lain
Duo Raksasa Farmasi Berebut Pasar Obat Kanker Paru
Di Antara Negara G20, Indonesia Terendah Dalam Ketersediaan Obat Baru
Selain Obesitas dan Diabetes, Wegovy Juga Pilihan Obat Gagal Jantung