Para peneliti dari Universitas Tel Aviv membuktikan bahwa sistem penghantaran obat berbasis nanopartikel lipid dapat memanfaatkan RNA untuk mengatasi resistensi terhadap kemoterapi dan imunoterapi dalam perawatan kanker.
Studi ini membuka jalan baru menuju pertempuran yang dipersonalisasi dan ditargetkan secara tepat melawan kanker.
Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Advanced Materials dan dikutip oleh Science Daily (4/1/2022).
Studi ini dipimpin oleh Wakil Presiden R&D TAU Profesor Dan Peer yang juga menjabat Kepala Laboratorium Pengobatan Nano Presisi di Sekolah Penelitian Biomedis dan Kanker Shmunis, Fakultas Ilmu Hayati. Peer meneliti bersama dengan peneliti pasca-doktoral Seok-Beom Yong dari Korea Selatan.
Terapi Kemo-imunoterapi, yang menggabungkan kemoterapi dengan imunoterapi, dianggap sebagai standar perawatan paling canggih untuk berbagai jenis kanker.
Tugas kemoterapi adalah menghancurkan sel-sel kanker, sedangkan imunoterapi mendorong sel-sel sistem kekebalan untuk mengidentifikasi dan menyerang sel-sel kanker yang tersisa.
Namun, banyak pasien gagal merespons kemo-imunoterapi, yang berarti pengobatan tidak tepat sasaran.
Peer dan timnya adalah yang pertama di dunia yang membuktikan kelayakan sistem penghantaran obat berdasarkan nanopartikel lipid yang melepaskan bebannya hanya pada sel yang ditargetkan secara khusus — sel kanker untuk kemoterapi dan sel imun untuk imunoterapi.
“Dalam sistem kami, satu nanopartikel mampu beroperasi di dua arena berbeda,” jelas Peer.
“Ini meningkatkan sensitivitas sel kanker yang resisten terhadap kemoterapi, sekaligus menyegarkan kembali sel kekebalan dan meningkatkan sensitivitasnya terhadap sel kanker,” imbuhnya.
Jadi, dengan satu nanopartikel yang ditargetkan secara tepat, pihaknya menyediakan dua perawatan berbeda, di lokasi yang sangat berbeda.
Peneliti menguji sistem ini dalam dua jenis — satu untuk melanoma yang bermetastasis, dan yang lainnya untuk tumor padat lokal.
Berita Terkait
Ini Vitamin Yang Dibutuhkan Tubuh Manusia Ketika Sudah Menginjak Usia 40 Tahun
Perusahaan Farmasi Dianggap Bersalah Dalam Kasus Obat Batuk Sirup?
Catat, Obat Obesitas dan Diabetes Bakal Jadi Primadona pada 2030