
OBATDIGITAL – Flu atau influenza merupakan salah satu penyakit yang akrab dengan anak-anak. Kesukaan anak mengonsumsi air es, minuman dingin seperti es krim dan permen. Namun banyak orang yang masih menganggap remeh flu karena gampang disembuhkan. Padahal flu, jika disepelekan bisa menjadi penyakit berbahaya, bahkan mematikan.
Peneliti baru-baru ini membeberkan bahwa flu bisa menyebabkan ensefalopati. Ensefalopati adalah penyakit gangguan atau malfungsi otak. Ada beebrapa macam penyebab, antara lain, kelainan genetik, infeksi, ataupun penyakit neurodegeneratif (akibat proses penuaan di otak). Penyakit tersebut bisa muncul sementara dan bisa pula permanen. Kebanyakan kasus ensefalopati memang tak bisa disembuhkan. Gejalanya bisa berupa kejang, linglung, tremor, penurunan daya ingat, dan kesulitan menelan.
Dalam riset yang dipublikasikan pharmacytimes.com, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan peningkatan kasus ensefalopati terkait influenza (IAE) pada anak-anak, termasuk beberapa kematian akibat ensefalopati nekrotikans akut (ANE), selama musim influenza (flu) 2024–2025.
Pada musim tersebut wabah penyakit terkait flu meningkat, seperti campak, norovirus, dan penyakit musiman lainnya. Menurut catatan CDC, per 22 Februari 2025, telah terjadi total 98 kematian anak-anak yang terkait dengan influenza, dan lembaga tersebut memperkirakan telah terjadi setidaknya 21.000 kematian total secara keseluruhan pada musim ini.
Di antara 3 sindrom IAE primer, ANE adalah yang paling parah dan berisiko tinggi terhadap komplikasi neurologis jangka panjang dan kematian. Yang paling parah berikutnya adalah ensefalopati akut dengan kejang bifasik dan difusi tereduksi lanjut, suatu kondisi yang ditandai oleh kerusakan jaringan yang terdeteksi MRI. Bentuk yang paling ringan, ensefalitis ringan secara klinis atau ensefalopati dengan lesi splenial reversibel, umumnya memiliki prognosis yang lebih baik.
CDC juga membandingkan kasus IAE beberapa tahun sebelumnya, dimulai musim influenza 2020-2021. Data awal untuk musim 2024–2025 (hingga 8 Februari 2025) menunjukkan bahwa 13% kasus kematian anak terkait influenza memiliki IAE. Dari 1840 kematian anak terkait influenza selama musim 2010–2011 hingga 2024–2025, 9% memiliki IAE, berkisar antara 0% (2020–2021) hingga 14% (musim 2011–2012). Usia rata-rata pasien dengan IAE yang fatal adalah 6 tahun, dan hanya 20% yang telah menerima vaksinasi influenza.1
CDC juga melaporkan bahwa 54% pasien tidak memiliki masalah medis yang mendasarinya, 20% telah menerima lebih dari atau sama dengan 1 dosis vaksin influenza musim saat ini lebih dari 2 minggu sebelum timbulnya penyakit, dan 73% menerima pengobatan antivirus influenza.
Para orang tua di negara Paman Sam itu diminta memperhatikan gejala yang dialami anak-anaknya. Antara lain, demam dan tanda atau gejala neurologis yang sesuai secara klinis, seperti kejang, perubahan status mental, delirium, penurunan kesadaran, kelesuan, halusinasi, atau perubahan kepribadian yang berlangsung lebih dari 24 jam, dapat menjadi indikasi IAE. Pasien anak dengan tanda-tanda IAE, penurunan neurologis yang cepat, dan neuroimaging yang menunjukkan lesi simetris yang memengaruhi talamus bilateral dan area otak lainnya harus dievaluasi lebih lanjut untuk ANE.1
CDC mengakui sejauh ini belum diketahui penyembuhan yang memadai untuk mengatasi ensefalopati.
Aries Kelana
Sumber: pharmacytimes.com.
Berita Terkait
Ini Daftar Beberapa Obat di AS yang Bakal Kehilangan Eksklusivitas pada 2025
Perusahaan Inggris Bikin Obat Obesitas Baru, Apa keunggulannya?
Puasa Bisa Cegah Penggumpalan Darah, Jadi Jangan Tinggalkan Puasa