OBATDIGITAL – Nasib apes menimpa perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Bristol Myers Squibb (BMS). Upaya mereka untuk membatalkan pembelian saham perusahaan farmasi Celgene sebesar US$74 miliar ditolak pengadilan federal setempat. Pengadilan berpihak pada gugatan ivestor.
Kasus ini bermula dari gugatan yang diajukan oleh mantan pemegang saham Celgene Juni lalu Penggugat mempersoalkan perjanjian Contingent Value Rights (CVR) senilai $6,4 miliar yang mendadak menguap ketika salah satu dari tiga obat, yaitu obat limfoma non-Hodgkin CAR-T Breyanzi tidak mendapat restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat (FDA).
BMS menuding Celgene selaku pembuat obat Breyanzi telah berusaha untuk mengabaikan kasus tersebut, yang menuduh pembuat obat itu melakukan “pelanggaran terang-terangan” karena gagal menerapkan “upaya yang tekun” untuk mendapatkan persetujuan tepat waktu dari FDA.
BMS sekarang memiliki waktu 14 hari dari hari Jumat untuk menanggapi keputusan pengadilan. Perusahaan tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Fierce Pharma.
Setelah keputusan pengadilan, analis Mizuho Salim Syed menulis kepada klien bahwa keputusan itu adalah “kemenangan penting pertama” penggugat dalam kasus tersebut. Ini masih awal, “tapi kami sekarang tahu persidangan ini sedang berjalan,” tambahnya.
Sebelumnya, Syed memproyeksikan BMS akan menyelesaikan kasus ini dalam 2 hingga 3 tahun dengan biaya US$3 miliar hingga US$4 miliar sebelum bunga. Ia berkesmpulan itu setelah belajar dari pengalaman Sanofi pada tahun 2019. Ketika itu Sanofi berhadapan dengan mantan investor Genzyme seputar obat multiple sclerosis bermerk Lemtrada.
Berita Lain
Ini Dia Lima Pemain Utama Farmasi Global, Siapa Saja
Wow, Pfizer Tunjuk Lady Gaga Jadi Duta Migrain
Haleon-Halodoc Bikin Klinik Panadol Cekatan Di Pedesaan