6 Desember 2023

Jalani Hidup Sehat Dengan Terapi Yang Tepat

Awas Anak Usia Di Bawah 6 Tahun Belum Boleh Divaksin COVID-19

OBATDIGITAL – Anak usia 6 hingga 11 tahun saat ini sudah boleh menerima vaksinasi COVID-19. Namun, untuk anak usia di bawah 6 tahun atau balita masih belum diperbolehkan mengikuti program vaksin, hal ini bukanlah tanpa alasan.

Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Profesor Soedjatmiko memaparkan, untuk anak usia di bawah 6 tahun memang belum boleh divaksin COVID-19. Salah satu alasan utamanya karena belum ada uji klinis yang membuktikan bahwa vaksin aman untuk anak kelompok usia di bawah 6 tahun.

“Sampai dengan hari ini belum ada uji klinis yang dipublikasikan di jurnal internasional yang menyatakan vaksin aman dan efikasinya mampu melindungi anak umur di bawah enam tahun,” jelasnya dalam sebuah acara virtual pada sejumlah media (19/2/2022).

Alasan lainnya, belum ada pihak atau lembaga yang mendaftarkan uji klinis vaksin COVID-19 untuk anak usia di bawah 6 tahun ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Soedjatmiko menambahkan, pertimbangan lainnya yaitu kasus COVID-19 yang terjadi pada anak usia 6 tahun juga tergolong sedikit. Ia menyebutkan, anak usia di bawah 5 tahun yang meninggal akibat COVID-19 sekitar 0,5%. Sedangkan anak usia di bawah 5 tahun yang terpapar COVID-19 berjumlah 3%.

“Kalau melihat angka itu memang urgent, tetapi tidak sepenting vaksin untuk lanjut usia karena yang meninggal dunia kelompok usia manula sebesar 46% dan yang sakit 11,3%,” imbuhnya. Lebih lanjut, persyaratan vaksin untuk anak usia di bawah 6 tahun wajib melalui beberapa tahapan.

Selain uji klinis, vaksin juga harus melalui proses pengkajian oleh BPOM, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI). Kalau sudah terbukti aman, baru boleh diberikan.

Menurut Soedjatmiko, pemerintah belum ada rencana untuk vaksinasi COVID-19 khusus anak di bawah enam tahun. Jadi tidak bisa dibandingkan dengan negara lain.

“Tidak bisa dibandingkan dengan negara lain karena kondisinya berbeda dan vaksinnya berbeda, mungkin juga anak yang terinfeksi virus itu berbeda jumlahnya,” tutup Soedjatmiko.