24 April 2025

Obat Digital

Berita Seputar Farmasi dan Kesehatan

Berebut Membuat Obat Kanker Lini Pertama

berbagai bentuk obat
Berbagai bentuk obat

OBATDIGITAL – Kanker hati atau liver termasuk jenis kanker yang mematikan. Jumlah penderita terus bertambah banyak. Sebagian besar disebabkan oleh konsumsi alkohol dan virus hepatitis.

Kasus kanker hati di Indonesia termasuk tinggi, dengan angka sekitar 10–15 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya. Banyaknya kasus kanker hati ini berhubungan erat dengan tingginya angka infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C, yang juga merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia.

Sedangkan menurut data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) tahun 2022, sekitar 866.000 kasus baru kanker hati terjadi di seluruh dunia, yang menempatkan kanker hati di peringkat ke-6 dalam daftar jenis kanker paling banyak. Di tahun yang sama, kematian akibat kanker hati mencapai 758.700 kasus.

Terus bertambahnya kasus kanker itu mendorong sejumlah perusahaan farmasi memproduksi obat kanker liver. Bahkan beberapa di antaranya berani membuat obat kanker lini pertama.

Yang terbaru adalah Bristol Myers Squibb (BMS), pabrik obat yang bermarkas di Amerika Serikat. Kombinasi Opdivo dan Yervoy milik perusahaan tersebut kini telah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA)untuk pasien dengan karsinoma hepatoseluler yang baru didiagnosis tidak dapat direseksi atau metastasis. Kedua obat tersebut berbasis monoterapi.

Seperti dilansir Fierce Pharma, menurut Wendy Short Bartie, Wakil Presiden Senior Komersialisasi Onkologi AS di Bristol Myers, regimen imunoterapi menggabungkan dua agen yang sudah mapan dan dapat menawarkan potensi untuk hidup lebih lama dibandingkan dengan terapi target tradisional.

Persetujuan lini pertama ini juga mengubah persetujuan sebelumnya yang dipercepat untuk Opdivo-Yervoy sebagai pengobatan kanker hati lini kedua. Lebih jauh, hal ini menempatkan BMS sejajar dengan dua rejimen imuno-onkologi lainnya—Tecentriq dan Avastin dari Roche, serta Imfinzi dan Imjudo dari AstraZeneca.

Ketiga kombinasi tersebut memperoleh persetujuan FDA berdasarkan bukti fase 3 yang menunjukkan bahwa kombinasi tersebut dapat membantu pasien hidup lebih lama dibandingkan dengan terapi target tradisional.

Selain itu, regimen produk BMS ini unik karena pembandingnya mencakup Lenvima dari Merck & Co. dan Eisai, yang dianggap sebagai penghambat tirosin kinase yang lebih kuat dalam persenjataan kanker hati lini pertama.

Menurut hasil uji coba CheckMate-9DW, Opdivo dan Yervoy secara signifikan mengurangi risiko kematian hingga 21% dibandingkan dengan Lenvima atau Nexavar dari Bayer. Koktail BMS memperpanjang waktu kelangsungan hidup rata-rata pasien hingga 3,1 bulan menjadi 23,7 bulan.

Sementara itu, analisis terbaru dari Imbrave-150 menunjukkan bahwa Tecentriq dan Avastin mengurangi risiko kematian hingga 34% dibandingkan dengan Nexavar saja, dengan median kelangsungan hidup keseluruhan masing-masing 19,2 bulan dan 15,6 bulan.

Dalam uji coba fase 3 Himalaya, Imfinzi dan Imjudo dari AZ memangkas risiko kematian hingga 22% dibandingkan dengan Nexavar. Median kelangsungan hidup keseluruhan adalah 16,6 bulan untuk kombinasi PD-L1/CTLA-4 atau 13,8 bulan untuk kontrol.

Hasil CheckMate-9DW dan semakin banyaknya bukti yang memposisikan Lenvima sebagai obat kanker hati lini pertama yang lebih mujarab daripada Nexavar menimbulkan pertanyaan apakah Opdivo-Yervoy—atau salah satu dari tiga rejimen imunoterapi—dapat mengalahkan Lenvima secara langsung.

CheckMate-9DW tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan itu. Merck mencoba dengan memasangkan Lenvima dengan Keytruda, tetapi uji coba fase 3 Leap-002 gagal menunjukkan manfaat kelangsungan hidup yang signifikan secara statistik untuk kombinasi tersebut dibandingkan dengan monoterapi Lenvima.

Bartie dari BMS juga menunjukkan data respons tumor Opdivo dan Yervoy. Kombinasi tersebut memicu tingkat respons objektif sebesar 36% dalam uji coba, dibandingkan dengan 13% pasien yang merespons Lenvima atau Nexavar. Durasi respons rata-rata lebih dari dua kali lipat dengan kombinasi tersebut pada 30,4 bulan dibandingkan 12,9 bulan untuk kontrol, meskipun perbandingan ini tidak termasuk dalam rencana statistik uji coba.

Terlebih lagi, dalam tiga tahun, sekitar 38% pasien yang menjalani terapi kombinasi Opdivo-Yervoy tetap hidup di CheckMate-9DW, dibandingkan dengan 24% pasien di kelompok kontrol.

“Kami secara konsisten mendengar dalam riset pasar dari pelanggan kami bahwa mereka akan menggunakan kombinasi imunoterapi ketika data menunjukkan bahwa terapi tersebut jauh lebih baik daripada [Lenvima] atau [Nexavar], sebagai contoh,” kata Bartie.

“Saya pikir ketika Anda melihat kekuatan data ini, khususnya tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan, itulah yang akan mendorong pilihan dokter,” pungkasnya.

Aries Kelana
Sumber: fiercepharma.com