
OBATDIGITAL – Sejak diperkenalkan pada 2010an terapi gen digadang-gadang akan menjadi terapi tokcer yang bakal menyembuhkan semua penyakit – termasuk penyakit kanker, penyakit keturunan, dan penyakit langka. Terapi yang menggunakan gen tertentu dan dimasukkan lewat bantuan suatu virus diharapkan bisa membasmi sampai ke sel-selnya tanpa mencederai sel-sel normal.
Di samping untuk menyembuhkan, terapi gen bisa digunakan untuk mencegah penyakit, dengan cara mengganti, menonaktifkan, gen yang rusak dengan gen yang baru yang masih normal. Terapi gen biasanya digunakan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan kelainan atau kerusakan gen.
Berbagai ujicoba terus berlangsung, namun sejauh ini belum banyak perusahaan biofarmasi yang mengklaim keberhasilan terapi gen yang dibikin. Salah satu adalah terapi gen buatan Sarepta Therapeutics. Perusahaan yang bermarkas di Cambridge, Massachussetts, Amerika Serikat memiliki terapi gen bernama Elevidys.
Dalam uji klinis tersebut, seperti dilansir Fierce Pharma, seorang pasien berpenyakit distrofi otot Duchenne (DMD) telah meninggal dunia setelah menjalani terapi gen tersebut. Pasien yang berusia 16 tahun itu meninggal pada Selasa (18/3/2025), karena gagal hati akut. Pihak Sarepta tidak menjelaskan secara detail identitas pasien.
“Kami tengah mengumpulkan informasi tambahan, tetapi berdasarkan informasi terkini dari dokter yang merawat, termasuk waktu sejak perawatan dan perjalanan klinis, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa Elevidys merupakan faktor pemicu,” kata juru bicara tersebut.
Menurut Sarepta, untuk Elevidys, pasien yang meninggal juga baru saja mengalami infeksi sitomegalovirus (CMV), yang dapat menginfeksi dan merusak hati. Dokter yang merawat pasien mengidentifikasi CMV sebagai kemungkinan faktor penyebab kematian.
Insiden ini sekali lagi menarik perhatian pada keamanan terapi gen yang menggunakan virus adeno-associated (AAV) sebagai vektor untuk mengirimkan gen terapeutik. Dalam kasus Elevidys, gen yang diberikan menghasilkan mikrodistrofin, versi pendek dari protein distrofin normal yang hilang pada pasien DMD.
Cedera hati serius akut merupakan risiko keamanan yang diketahui dari Elevidys dan beberapa terapi gen berbasis AAV lainnya. Pada 2022, misalnya, Novartis juga pernah mencatat dua kematian akibat gagal hati akut setelah pasien diobati dengan terapi gen atrofi otot tulang belakang bermerk Zolgensma.
Ini adalah kasus pertama kali pasien yang diobati dengan Elevidys mengalami gagal hati akut yang menyebabkan kematian. Padahal, kata Sarepta, terapi gen itu telah diberikan kepada lebih dari 800 pasien dalam uji klinis atau dalam pengaturan komersial. Jadi, meski terjadi kasus kematian, Sarepta berpendapat bahwa manfaat-risiko Elevidys tetap menguntungkan.
Kasus kematian tersebut dapat memicu kekhawatiran baru atas keseimbangan khasiat-keamanan Elevidys menyusul persetujuan kontroversialnya di Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Sebelumnya, dalam kesempatan terpisah, Peter Marks, M.D., Ph.D., direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, menolak keberatan internal dari para peninjau lembaga untuk memberikan Elevidys persetujuan awal yang dipercepat dan label yang diperluas tahun lalu yang mencakup sebagian besar pasien Duchenne di AS.
Aries Kelana
Sumber: fiercepharma.com dan sumber lain.
Berita Terkait
Ini yang dilakukan Phillips Untuk Membantu Penanganan Kanker Anak
Hadapi Penyakit Akibat Perubahan Iklim, Universitas Nanyang Singapura Dirikan Pusat Riset Baru
Berebut Membuat Obat Kanker Lini Pertama