OBATDIGITAL – Beberapa obat dan vaksin baru diluncurkan produsen farmasi diharapkan dapat meningkatkan penjualan yang berdampak pada kenaikan kinerja perusahaan obat. Faktanya, tak semua terapi itu memenuhi ekspektasi perusahaan-perusahaan tersebut.
Dalam laporan khusus Fierce Pharma (25/10/2021), ada 10 peluncuran obat dan vaksin yang dinilai gagal meningkatkan penjualan dalam lima tahun terakhir. LEK, sebuah perusahaan konsultasn menemukan bahwa sekitar 40% dari obat-obatan yang disetujui antara tahun 2004 dan 2016 berkinerja di bawah perkiraan penjualan pra-peluncuran Wall Street lebih dari 20% dalam tiga tahun pertama mereka di pasar.
Produk dalam daftar tersebut mencakup beberapa jenis penyakit yang berbeda, termasuk kanker, imunologi, penyakit menular, oftalmologi, kelainan darah, penyakit otak, dan penyakit kardiovaskular dan metabolisme. Perusahaan yang bertanggung jawab atas bencana ini berkisar dari Big Pharmas hingga perusahaan rintisan biotek.
Laporan itu menyebutkan contoh seperti sinyal keamanan baru yang muncul setelah persetujuan obat mata buatan Novartis bermerk Beovu dan vaksin demam berdarah buatan Sanofi yang memakai nama dagang Dengvaxia.
Kemudian, diferensiasi produk yang buruk dan salah langkah manajemen lainnya menyebabkan masalah, terdapat pada kasus seperti obat Rubraca dari Clovis Oncology yang merupakan obat PARP inhibitor. Lalu, Steglatro dari Pfizer di bidang SGLT2.